Peringatan Menkominfo Budi Arie soal judi online
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengatakan pemberatansan akan terus menerus dilakukan Kominfo secara tegas dan serius. Dia juga mengatakan tidak segan-segan memberikan teguran bahkan memberikan sanksi berat kepada platform yang masih membandel dan tidak serius dalam menangani konten judi online.
Namun, dia berujar, upaya seserius apapun yang dilakukan Kominfo tentu belum bisa memberantas judi online sampai tuntas. Untuk itu, pihaknya selalu mendukung ketegasan kepolisian dalam menangkap para pelaku, bandar, influenser, atau pihak-pihak lain yang memfasilitasi kegiatan judi online.
“Itu pun belum cukup, peran aktif masyarakat menggunakan anti judi online di lingkungan sekitar sangat diperlukan,” ucap Budi Arie di Kantor Kominfo, Jakarta Pusat, kemarin. “Seperti menjaga keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar untuk memerangi judi online menjadi langkah konkret pemberantasan penyakit masyarakat ini.”
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memutus akses atau memblokir konten yang berkaitan dengan judi online. Pada periode 18 Juli-18 Oktober 2023, Kominfo, sudah mengeksekusi pemutusan akses 425.506 konten perjudian online.
Konten tersebut, kata Budi Arie, berasal dari beberapa sumber, yakni situs atau alamat internet protokol (IP address) sebanyak 237.096 konten. Kemudian dari file sharing sebanyak 17.235 konten. Selain itu dari dari mendia sosial sebanyak 171.175 konten.
Budi Arie juga mengatakan bahwa pihaknys sudah meminta para internet service provider (ISP) dan operator seluler untuk terus meningkatkan upaya pemberantasan judi online. Salah satunya dengan memastikan ketepatan sinkronisasi sistem pada database situ yang mengandung konten perjudian.
“Serta dengan segera menindaklanjuti permintaan pemutusan akses yang kami sampaikan,” tutur Budi Arie.
BANDUNG, KOMPAS.com -Sejak pagi, Aab Ramdani (21) sibuk dengan gawainya. Dalam hitungan menit, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris di salah satu Universitas di Bandung itu sudah beberapa kali mengangkat gawainya.
Belakangan, seorang teman kerap dia hubungi lantaran dia tengah berupaya berhenti dari kecanduan judi online (judol).
Aab kerap menahan diri, untuk tidak lagi berkomunikasi dengan lingkaran pertemanan yang gandrung akan permainan haram itu.
Baca juga: Presiden Jokowi Tegaskan Tidak Ada Bansos untuk Pelaku Judi Online
Bahkan, ia mencoba tak berbicara banyak soal pengalamannya terjebak judol selama hampir 3 tahun.
Kepada kompas.com, Aab mengaku sudah meghapus beberapa aplikasi pendukung judol, termasuk aplikasi perbankan di gawainya.
"Kadang kemudahan dalam Handphone bikin saya tertarik lagi untuk main slot, sekarang saya lagi coba berhenti," ujarnya ditemui di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (19/6/2024).
Bermula karena penasaran, tapi berujung petaka, itulah yang dialami Aab. Dia mengaku perkenalannmya dengan judol sudah terjalin sejak semester awal.
Beberapa temannya di awal perkuliahan yang kini sudah berjarak dengannya merupakan sumber pertama ia mengenal judi online.
Gates Of Olympus dan Mahjong Ways menjadi permaian jenis slot perdana yang ia mainkan. Bak, dicintai dewi fortuna, kata dia, satu pekan pertama keberuntungan kerap menghampirinya.
Baca juga: Kapolda Kalbar Akan Pecat Anggota yang Terlibat Judi Online
Bagaimana dia tak tertarik, hanya deposit sebesar Rp 100.000 saja, dia pernah meraup kemenangan Rp 4 sampai 5 juta.
"Waktu awal-awal mah akun saya 'gacor' (istilah yang kerap digunakan ketika permainan sedang bagus) narik nominalnya gede terus," ujar dia.
Kemenangan yang diberikan 'mesin judi' itu tak selamanya mulus, dan pelukan 'Dewi Fortuna' pun tak selamanya mendekap Aab.
Kekalahan dan rugi kerap juga dia rasakan. Bukan dalam hitungan jari, selama tiga tahun, ia tak bisa mengingat berapa kali mengalami kerugian lantaran permainan itu.
Ia menyebut, saat kemenangan datang, niat untuk menarik uang atau menyimpannya sebentar sebelum kembali memasang (deposit) seperti hilang.
Justru, adrenalin atau rasa penasaran jauh lebih meningkat dibanding untuk berhenti.
"Wah habis-habisan saya, susah untuk berhentinya, kalah malah penasaran, tapi waktu menang uangnya gak tahu kemana," tuturnya.
Baca juga: Berantas Judi Online, Ponsel Aparat di Polres Bengkulu Utara Diperiksa
Aab mengaku uang puluhan juta pernah dicicipinya dari uang judol. Bahkan, ia sempat membeli satu unit sepeda motor dari hasil tersebut.
Namun, kegemilangan itu sama sekali tak bisa menunjang dirinya hari ini. Saat ini Aab betul-betul kehabisan akal untuk bisa jauh dari judi online.
"Saya gak mau ingat-ingat lagi, gak tahu berapa duit yang saya habiskan buat judi, jujur saya menyesal dan pengen bisa lepas," katanya.
Belakangan, mahasiswa semester 7 itu diketahui harus mengganti uang sebesar Rp 25 juta ke beberapa orang imbas dari judi online.
Pengalaman lain datang dari Raden Vaza (27) mantan mahasiswa di salah satu Universitas di Bandung itu terpaksa harus berhenti kuliah setelah kedapatan mencuri komputer di salah satu lab di kampusnya.
Baca juga: Kapolda Kalbar Perintahkan Penyidikan Judi Online, Termasuk di Internal Kepolisian
Aksi pencurian itu dilakukannya, untuk menutupi hutang kepada beberapa rekan dan aplikasi pinjaman online (pinjol) lantaran terjerat judi online.
Tak hanya itu, ia mengaku pernah menjual tiga unit sepeda gunung milik temannya untuk modal judi online.
"Haduh, zaman kuliah dulu chaos (kacau) kasus terus saya karena judi online," kata dia saat dihubungi melalui telepon.
Raden mengaku, menggemari jenis permainana judi online kartu poker dan slot. Dia masih mengingat betul saat masih kuliah waktunya hanya digunakan untuk hal-hal seperti itu.
"Dikostan, ada wifi ketimbang kuliah mending maen, sederhananya kaya gitu lah," kata dia.
Raden membenarkan selama bermain judi online dia tidak pernah memasang atau mendepokan uang dengan nominak besar.
Uang senilai Rp 50.000 hingga Rp 150.000, kata dia, bisa menghasilkan puluhan juta rupiah.
"Kalau bicara uang mah, saya pernah jaya pakai uang itu, beli ini beli itu tapi sekarang enggak jadi apa-apa," katanya.
Baca juga: Geram: Pemain Judi Online Sama dengan Pemakai Narkoba
Raden mengatakan, saat ini dia tengah fokus bekerja, usai lepas dari pelbagai hutang yang melilitnya setelah bermain judi online.
Ia mengaku keputusan untuk berhenti kuliah saat itu, lantaran merasa kasihan kepada kedua orangtuanya yang sudah mati-matian mengeluarkan biaya, tapi dia tak serius menjalani kuliah.
"Kasian lah, mereka punya mimpi, tapi saya malah main judi kan konyol, makanya setelah ketahuan nyuri, ngejual sepeda, saya mikir, malu, sudah akhirnya berhenti saja," kata Raden.
Untuk lepas dari judi online, kata Raden, memang tak mudah. Bahkan, di tempat kerjanya saat in masih banyak teman-temannya yang bermain judol.
Bahkan tak sedikit yang bernasib sama sepertinya terlilit utang karena judol.
"Butuh support system yang kuat juga, kalau saya puji Tuhan sudah jauh, enggak akan terpengaruh lagi, saya masih menyesal atas 4 tahun lalu yang saya lewati. Sekarang waktunya berbenah," kata dia.
Baca juga: Korban Judi Online Diusulkan Terima Bansos, Apa Kata Mensos?
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat sebanyak 2,7 juta penduduk Indonesia terjerat judi online. Dari angka itu, rentan 17 sampai 20 tahun menjadi korban judi online.
Bahkan, Kemenkominfo sudah memblokir 1,6 juta konten judi online.
Sementara Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyebutkan perputaran uang judi online di Indonesia mencapai Rp 327 Triliun.
Tak hanya itu, sepanjang 2024 sudah empat orang menjadi korban bunuh diri akibat judi online.
TEMPO.CO, Jakarta - Judi online telah menjerat Dicky, 24 tahun, seorang pemuda asal Solo, Jawa Tengah selama 2021 hingga 2022. Ia menceritakan bagaimana kisah pahitnya bergelut di dunia judi online hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti setelah mendengar salah satu temannya hendak bunuh diri.
"Saya pertama kali tahu judi online tahun 2021. Awalnya main parlay (judi bola) dari temen. Karena teman saya pasang Rp 10.000 bisa jadi Rp 600.000. Lalu kenal slot di tahun-tahun itu juga," kata Dicky kepada Tempo melalui pesan singkat pada Sabtu, 29 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dicky bermain judi menggunakan sebagian uang hasil kerja paruh waktu sebagai content writer. Puncaknya dia bahkan menghabiskan seluruh gajinya untuk bermain judi. Dia menuturkan untuk kasus pertama bermain parlay tidak membuatnya kecanduan karena kemenangan hanya Rp 150.000 dari taruhan Rp 10.000. "Itu pun jarang dan terhitung sulit karena kalau main parlay harus analisis dulu match-nya. Sedangkan judi slot mainnya tinggal mencet," tuturnya.
Setelah mengetahui ada gim slot, Dicky mengaku masif melakukan judi dari berbagai macam seperti Olympus (Zeus), Aztec Bonanza dan lain-lain. "Di kalangan pejudi, itu termasuk gim-gim populer," ujarnya.
Ia mengatakan mulai kenal judi saat masih kuliah dan menjadi pekerja paruh waktu. Saat lulus kuliah, ia semakin sering main judi online karena banyak waktu senggang. Ditambah, bandar memberikan kemenangan membuat kecanduan. "Waktu itu makin mudah jadi adiksi," ucapnya.
Ada pemain serupa yang menang jutaan rupiah menyilaukan mata Dicky. Dia berambisi agar setara dengan orang-orang itu untuk mendapatkan uang instan.
"Bahkan gebetan saya, bisa menang Rp 10 juta dalam satu waktu. Ada juga temen saya yang menang sampai Rp 7 juta hingga Rp 15 juta. Ketika sudah terjun, sulit untuk berhenti. Ada imajinasi, bahwa judi itu tinggal nunggu waktu menangnya," ucapnya.
Sialnya, kata Dicky, ada dua kemungkinan pemain judi online. Pertama, orang belum sempat menang, tapi sudah kalah banyak. Kedua, orang sudah dapat momentum menang besar, tapi sebenarnya dia sudah kalah lebih banyak.
Dia mengibaratkan permainan judi seperti buang hajat besar yang bisa keluar sehari sekali, seminggu sekali atau bahkan sulit dikeluarkan. "Yang pasti kerugian psikis lebih tak tertanggung ketimbang materi. Tapi karena saya tipe pemain yang agak hati-hati, menang-ruginya tipis sebenarnya," paparnya. Dia tidak tahu pasti sudah mengeluarkan uang berapa untuk gambling. "Kalau ditotal mungkin jutaan saja," ujarnya.
Dicky mengaku dia tidak pernah sampai pinjam uang ke orang lain untuk bermain judi. Namun, dia bisa menghabiskan gajinya untuk mencari keuntungan bahkan dia sempat menang Rp 15 juta dari modal Rp 25.000.
Namun mimpi-mimpi itu ingin dikuburkan setelah Dicky mendengar kabar rekannya hampir bunuh diri karena terjerat pinjaman online yang dipakai untuk main judi. Ia bercerita rekannya itu kalah sampai puluhan juta dan terlilit pinjaman online meski sudah menjual barang-barang miliknya. Dari kabar itu, Dicky tergerak untuk mengakhiri kebiasaannya main judi online.
Dia mengaku sulit untuk berhenti main judi kalau sudah kecanduan. Dicky mencontohkan penjudi bahagia karena menang Rp 500.000 padahal dia sudah menghabiskan uangnya Rp 1 juta. Dia merasa untuk padahal sebenarnya dia buntung alias rugi, namun tidak menyadari. "Jika orang sudah kecanduan, maka kekalahan dan kemenangan rasanya beda tipis," kata dia.
Menurutnya, penjudi online itu mengawali kariernya untuk main taruhan itu dari iklan-iklan di media sosial dan internet. Selain itu, ada juga yang tahu permainan itu dari kawannya. Ia berharap pemerintah lebih tegas dan menindak iklan-iklan yang berseliweran. "Pemerintah harus bisa mengontrol jangan sampai masyarakat yang hancur gara-gara judi," paparnya.
Dicky mengaku saat ini hanya sebagai penyintas judi online karena sudah berhenti. Terlebih ada kabar judi online sudah menyasar semua kalangan. Permainan judi online hanya membuat perasaan dan hatinya hampa, selain itu dipenuhi dengan ambisi tidak ada habisnya. "Pesanku berhenti bermain judi berarti kamu mencintai orang di sekitarmu. Yang merasakan candu kamu sendiri, tapi dampaknya bisa ke orang lain. Ada keluarga, teman, dan waktu yang jauh lebih berharga, ketimbang kemenangan scatter semumu itu," kata dia.
Jangan remehkan depresi. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri di Indonesia, bisa menghubungi : Yayasan Pulih (021) 78842580
Liputan6.com, Jakarta - Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Andre, bukan nama sebenarnya, akan berkecimpung dalam dunia judi online. Setelah lulus dari SMK di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada tahun 2014, dia mendapatkan tawaran bekerja sebagai customer service di Malaysia.
Saat itu dia diiming-imingi gaji dan bonus yang lumayan besar. Sebagai anak yang baru lulus sekolah dan ingin bekerja Andre langsung mengiyakan tawaran tersebut.
Saat itu dirinya langsung membuat paspor untuk perjalanan kerjanya. Namun, ternyata Andre manjadi pekerja ilegal.
"Iya karena enggak buat visa untuk bekerja. Sedangkan paspor wisata kan hanya berlaku selama 30 hari saja," kata Andre kepada Liputan6.com.
Setibanya di Malaysia, dia baru menyadari jika dirinya direkrut untuk pengoperasian website judi online. Selama setahun di Malaysia, Andre hanya membantu mempersiapkan atau merintis website baru untuk judi online.
Saat merintis itu dia harus merangkap semua pekerjaan yang ada. Mulai dari marketing, customer service, hingga mencari member atau pemain melalui berbagai media sosial.
"Cari member dari Facebook, Twitter. Cari perhatian dengan promo-promo kemudian sembari ngerjain SEO biar mamber itu enggak rumit nyari website saya," ucap dia.
Semua pekerjaan yang dilakukan oleh Andre dilakukan secara otodidak. Setelah website judi online telah mengudara, Andre dan beberapa temannya dipindahkan ke Kamboja untuk pengoperasiannya.
Kata dia, tak semua pekerja di Kamboja ilegal seperti dirinya. Namun rata-rata memang para pekerja admin ataupun teknisi website judi online.
"Dulu waktu 2014-an pekerja teknisi judi online seperti saya masih sedikit. Tapi sekarang emang sudah banyak banget," ujarnya.
Andre mengaku hanya bertahan hingga sekitar tahun 2019 awal. Sebab gaji yang diiming-imingi kenyataannya tak pernah diterimanya. Apalagi jam kerjanya juga sekitar 12 jam.
Rata-rata lanjut Andre provider website judi online yang beroperasi di Kamboja merupakan orang Indonesia. Biasanya kata dia, mereka mengambil sertifikasi di Filipina.
"Kalau di-setting (menang atau kalah) iya benar. Pihak provider saya kasih contoh IDX itu penyedia label provider judi online. Yang menyeting provider," jelas Andre.
Menkominfo berencana akan menjadikan artis Wulan Guritno sebagai Duta Anti-Judi Online. Keputusan ini menuai pro dan kontra, karena Wulan Guritno diduga pernah terlibat dalam promosi judi online. Berikut Diskusi selengkapnya bersama Nabiel Abiyasha.
TEMPO.CO, Jakarta - Pemain Timnas Timor Leste U-19 Alexandro Bahkito Corsino Lemos mengaku ingin merumput di Liga Indonesia. Bahkan, ia terang-terangan ingin bermain untuk klub PSIS Semarang bersama seniornya, Gali Frietas.
"Soalnya Gali main di Semarang, saya juga (ingin) di Semarang," ucap Lamos usai pertandingan melawan Indonesia dalam laga terakhir fase grup Piala AFF U-19 2024, di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, Selasa malam, 24 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, dia tidak menampik akan terus belajar untuk mengasah kemampuannya setelah gelaran Piala AFF U-19 ini. "Kami punya semangat bertarung, karena semua pemain kami sangat ingin main lawan Indonesia. Ke depan saya akan terus latihan keras," ujar pemain bernomor punggung 10 itu.
Dia berharap agar fasilitas olahraga terutama stadion sepak bola di negaranya bisa bagus seperti di Indonesia. "Saya berharap fasilitas sepak bola di Timor Leste seperti di Indonesia, bagus," katanya.
Adapun pelatih Indonesia U-19 Indra Sjafri mengatakan selalu senang melihat talenta-talenta Timor Leste selalu berkembang, seperti Alexandro Lamos. "Saya senang melihat bakat-bakat alami di Timor Leste, terutama nomor 10 main cukup bagus. Masih adanya hubungan emosional antara Indonesia dan Timor Leste," ucap dia.
Menurut dia, Timor Leste sudah dianggap sebagai saudara baik dari pelatihnya, asisten pelatih bahkan hingga federasi sepak bolanya. "Oleh karena itu saya tadi, bersama-sama memberikan apresiasi dan penghormatan antara pemain serta ofisial (kedua negara)," ucapnya.
Timnas Indonesia U-19 menyempurnakan langkah ke semifinal Piala AFF U-19 atau ASEAN U-19 Boys Championship 2024 setelah memetik kemenangan ketiga di Grup A dengan mengalahkan Timor Leste 6-2 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Selasa malam.
Sebanyak enam gol Indonesia dicetak oleh Jens Raven pada menit ke-18 dan ke-26, Figo Dennis pada menit ke-45, Kadek Arel pada menit ke-50, Arkhan Kaka pada menit ke-53, dan Muhammad Kafiatur pada menit ke-56. Timor Leste membalas dengan dua gol oleh Ricardo Rorinho Dos Santos pada menit ke-23 dan Alexandro Bahkito pada menit ke-85. Tim Merah Putih menyelesaikan penyisihan di Grup A dengan sembilan poin untuk menyegel juara grup.
Pada semifinal, anak asuh Indra Sjafri akan bertemu pemenang Grup C Piala AFF U-16 2024 yang sedang diperebutkan antara Malaysia dan Thailand. Sedangkan Kamboja, harus puas berada di posisi kedua dengan meraih tiga poin. Di posisi ketiga, ada Filipina dengan tiga poin dan selisih gol minus lima dan di posisi juru kunci ditempati Timor Leste dengan tiga poin dan selisih gol minus enam.
TEMPO.CO, Jakarta - Tergiur dengan keuntungan yang besar, Reza Fauzi, penasaran dengan beberapa model judi online. Setelah berkali-kali merugi, Reza memutuskan berhenti dua tahun lalu. Pria 29 tahun itu, mulai bermain judi online pada 2015, karena melihat teman-temannya di bangku kuliah juga banyak yang bermain. “Dulu 2015 itu sudah ada judi online,” ujar dia kepada Tempo pada Sabtu, 21 Oktober 2023.
Saat itu, permainan di judi online yang banyak dimainkan adalah ceme atau kartu gaple, togel, dan judi bola. Semua permainan itu pernah dijajalnya. Modalnya pun tidak banyak, paling besar Rp 200 ribu. Bahkan ketika judi slot booming, Reja juga ikut bermain. Dia sempat menang besar yakni Rp 2 juta dengan modal tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pegawai swasta asal Cirebon, Jawa Barat, itu juga pernah mengalami kerugian, paling besar yang dia tanggung Rp 500 ribu. Namun, dinamika permainan judi online itu berakhir. Menurut dia, secara logis untuk kemenangan mungkin diberikan sekali dua kali oleh bandarnya. Tapi secara keseluruhan, Reza mencatat kekalahannya lebih banyak.
“Sekarang sudah nggak alhamdulillah. Soalnya gimana pun kita nggak bakal menang. Karena bandar judi online punya setting-annya sendiri,” ucap Reja.
Berbeda dengan Reza, Ade Setiawan (bukan nama sebenarnya) terjerumus bertahun-tahun ke dalam jerat judi online sebelum akhirnya memutuskan berhenti lima bulan lalu. Berawal dari iseng, Ade mulanya menjajal platform perjudian pada 2012. Kala itu, da baru lulus kuliah dan belum bekerja. "Awalnya hanya mengisi waktu luang," kata dia, kemarin.
Dari iseng tersebut, Ade semakin getol main slot dan qiu-qiu—jenis permainan judi online—lantaran sempat meraup untung. Bermodalkan Rp 50 ribu, dia sempat mencapai untung hingga Rp 1 juta. Dari berjudi pula, pria asal Majalengka, Jawa Barat itu sempat mendapat untung hingga Rp 3 juta dalam sekali main.
Namun, kemenangan itu ternyata diikuti kekalahan. Ujung-ujungnya, dari kiprah perjudiannya itu, Ade malah membukukan boncos hingga Rp 5 juta. Kalah bertubi-tubi, dia akhirnya bertobat. "Sekarang pola judinya sudah ketahuan, saya enggak pernah menang-menang lagi."