Memiliki pedoman dan peraturan pakem tertentu
Secara khusus, tari klasik telah memiliki pakem atau peraturan tertentu. Dengan adanya peraturan tersebut, maka susunan serta makna tariannya pun sudah jelas dan sesuai dengan peraturan.
Jika ada struktur yang diubah, maka secara makna juga dapat berubah. Oleh karena itulah, pakem maupun peraturan yang ada pada tarian klasik ini tidak boleh diubah.
Contohnya seperti tari Cakaleleng, ada dua versi dari tari Cakaleleng yaitu tari tradisional dan festival. Dua versi ini memiliki makna dan fungsi yang berbeda. Tari Cakaleleng tradisional memiliki fungsi sebagai upacara adat, sedangkan tari Cakaleleng festival memiliki fungsi sebagai media hiburan.
Apabila tidak dipisahkan, maka tari Cakaleleng bisa beralih fungsi dan kehilangan kemagisan atau unsur mistis yang ada pada tari Cakaleleng tradisional. Namun, tari Cakaleleng juga perlu dilestarikan, sehingga salah satunya adalah membuat versi baru yang berfungsi sebagai media hiburan.
Gerakan tari klasik
Gerakan pada tari klasik tentu saja berbeda dengan gerakan pada tari modern maupun kontemporer. Jika diperhatikan, gerakan pada tari klasik umumnya akan jauh lebih lambat serta ditarikan dengan lemah lembut.
Sementara itu, setiap gerakan yang ditampilkan dengan lambat tersebut, tetap memiliki unsur keindahan dan nilai estetik, sehingga penonton tidak akan bosan melihatnya.
Pada umumnya, tari klasik memiliki gerakan yang penuh makna. Setiap penari tidak perlu melakukan gerakan yang tidak diperlukan. Contohnya pada gerakan tangan melambai-lambai pada tari Cakalele yang ditarikan oleh penari perempuan, gerakan tersebut memiliki makna melepas kepergian pejuang yang akan pergi berperang.
Pada tari klasik, sudah ditetapkan peraturan yang pakem dan harus diikuti oleh setiap penarinya. Gerakan pada tari klasik juga telah terstruktur sejak awal kemunculannya hingga saat ini.
Pengertian Tari Klasik – Jenis tari tradisional yang ada di Indonesia sangat beragam. Tari klasik adalah salah satu jenis tari yang hingga saat ini masih dilestarikan dan sering dipentaskan di berbagai daerah. Menurut pengertian nya, tari klasik termasuk dalam golongan tari yang muncul serta berkembang di sekitar wilayah keraton.
Karena hal tersebutlah, tari klasik biasanya menjadi tari yang memiliki nilai sakral tinggi bagi masyarakat setempat. Di Indonesia, ada banyak contoh dari klasik mulai dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah memiliki tari klasiknya masing-masing dengan keunikan dan nilainya tersendiri. Lebih lanjut tentang tari klasik, simak dalam artikel satu ini ya!
Fungsi tari klasik
Secara fungsional, tari klasik memiliki fungsi yang berbeda-beda. Namun pada umumnya, fungsi dari tari klasik berkaitan dengan urusan atau kegiatan yang ada di keraton maupun kerajaan.
Contohnya seperti penobatan, penyambutan tamu terhormat atau sebagai hiburan di wilayah keraton. Seluruh kegiatan ini, biasanya akan menggunakan tari klasik sebagai salah satu aspek di dalamnya.
Dengan adanya tari klasik, maka kegiatan yang dihelat di dalam keraton pun akan menjadi lebih menarik. Ciri khas dari tari klasik adalah mewah dan anggun, untuk menambahkan kesan indah dari pertunjukan yang digelar di sekitar wilayah keraton.
Agar lebih jelas memahami tari klasik adalah tari tradisional yang tumbuh di sekitar wilayah keraton, maka berikut beberapa contoh dari tari klasik Indonesia.
Tari Bedhaya adalah tari klasik dari Jawa yang ditarikan oleh kalangan keraton Surakarta dan pewaris dari tahta Kerajaan Mataram. Tari Bedhaya pada umumnya ditarikan oleh penari perempuan dengan gerakan yang gemulai dan diiringi oleh tembang yang berasal dari iringan musik gamelan Jawa.
Tari klasik yang satu ini memiliki beberapa versi yang mana, terkadang memberi syarat khusus dalam setiap pementasannya. Contohnya seperti penari harus masih perawan dan tidak sedang mengalami menstruasi atau harus melaksanakn puasa sebelum tampil.
Memiliki tata rias yang cantik
Salah satu ciri khas dari tari klasik adalah memiliki tata rias yang cantik. Para penari biasanya akan menggunakan riasan yang tebal dan telah disesuaikan dengan tema tariannya.
Dengan ada peraturan ini, maka karakter dari para penari akan terlihat dengan jelas serta dapat tersusun dengan baik. Hampir setiap tari klasik memiliki ciri ini. Contohnya seperti tari golek menak, tari gandrung dan lainnya.
Akan tetapi, ada pula tari klasik Indonesia yang tidak perlu tata rias. Biasanya tari klasik yang tidak membutuhkan tata rias adalah tarian perang yang ditarikan oleh laki-laki. Namun, untuk menghadirkan kesan prajurit dan semangat berjuang, biasanya riasan yang digunakan hanya berupa coretan saja.
Busana ataupun kostum yang digunakan oleh para penari dalam tari klasik juga tergolong cukup mewah. Sebab, tari klasik biasanya berkembang di wilayah keraton.
Dikarenakan berkembang di wilayah bangsawan, maka busana yang digunakan oleh para penari pun harus menyerupai bangsawan atau terlihat pantas untuk tampil di depan bangsawan. Hal ini tentunya juga tidak terlepas dari cerita kerajaan yang sering kali digunakan dalam tariannya.
Selain mewah, tari klasik biasanya memiliki banyak properti busana pelengkap yang cukup banyak dan bervariatif. Contohnya seperti mahkota, anting, gelang hingga gelang kaki. Setiap properti busana tersebut, memiliki makna dan representasi atas tema dari tari.
Ciri-Ciri Tari Klasik
Salah satu ciri dari tari klasik adalah tidak dapat diubah, karena memiliki peraturan yang pakem. Apabila diubah, maka dikhawatirkan akan merubah makna filosofis dari tarian tersebut yang telah ada sejak lama. Selain tidak dapat diubah, ada pula ciri lain dari tari klasik, berikut penjelasannya.
Memiliki nilai estetika yang tinggi
Tari klasik merupakan tarian yang tumbuh serta berkembang di wilayah kerajaan atau keraton. Oleh karena itulah, nilai estetika pada tari klasik juga sangat tinggi.
Makna maupun filosofi yang terkandung di dalam tari klasik sangat kental akan budaya dari daerah tari tersebut berkembang. Oleh karena inilah, tari klasik banyak menarik minat wisatawan mancanegara.
Salah satu tari klasik yang memiliki nilai estetika tinggi adalah tari baksa kembang. Tari klasik satu ini menceritakan tentang kisah dari seorang remaja perempuan yang memiliki paras cantik dan sedang bermain di taman bunga.
Selain makna keseluruhan tari, properti pada tari Baksa Kembang pun sarat akan makna. Contohnya seperti halilipan yang melambangkan sifat rendah hati.
Tari Bedhaya Ketawang
Tari Bedhaya Ketawang adalah tari klasik khusus kerajaan yang ditampilkan ketika ada acara penobatan dan upacara peringatan hari kelahiran Raja maupun Tingalandalem Jumenengan Sunan Surakarta.
Tari klasik satu ini diiringi oleh iringan musik gamelan yang lembut dan konon, diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencanasari atau yang dikenal dengan nama Ratu Kidul.
Istilah bedhaya memiliki makna penari perempuan istiana, sedangkan ketawang memiliki makna langit karena asal tari klasik ini adalah keterpesonaan seorang Sultan Agung yang mendengar suara senandung dari langit ketika sedang melamun sendirian.
Sumber lainnya mengatakan bahwa tari Bedhaya Ketawang memiliki makna yang berhubungan dengan suatu hal yang tinggi seperti keluhuran dan kemuliaan.
Hingga saat ini, tari klasik satu ini masih sering ditampilkan ketika ada acara penobatan ataupun hari peringatan kenaikan tahta dari Sultan Surakarta.
Tari klasik selanjutnya adalah tari Bondan yang berasal dari Jawa Tengah dan memiliki ciri khas yaitu properti yang digunakan berupa kandil, payung kertas serta boneka bayi yang digendong-gendong oleh para penari.
Menurut sejarah, tari Bondan wajib ditarikan oleh seorang kembang desa sebagai wujud dari pencarian dirinya. Tari Bondan sendiri menggambarkan mengenai seorang ibu yang sedang mengasuh anaknya.
Sementara itu, filosofi yang terkandung ialah seorang perempuan tidak hanya harus memiliki kecantikan fisik saja, tetapi juga harus memiliki kemampuan dalam mengasuh anak maupun merawat anaknya.
Tari Bondan diiringi oleh musik gending dan memiliki tiga jenis variasi yaitu tari Bondan Mardisiwi, tari Bondan Tani atau tari Bondan Pegunungan dan tari Bondan Cindogo.
Dalam pertunjukannya, para penari Bondan akan mengenakan busana berupa baju kutang, jamang, kain wiron dengan rambut yang disanggul rapi. Penari Bondan, biasanya akan menari dengan menggendong boneka bayi dengan satu tangan sementara tangan lainnya memegang payung kertas.
Pada satu babak, para penari akan memecahkan kendil kecil di hadapan para penonton. Secara keseluruhan, tari Bondan ini tidak hanya mengandung nilai artistik atau hiburan saja, tetapi juga mengandung makna filosofi mendalam bagi masyarakat.
Tari Dolalak merupakan tari klasik yang berasal dari Purworejo, Jawa Tengah dan nama tarian ini diambil dari not ‘do’ serta ‘la’ dikarenakan tarian ini diiringi oleh sepasang kening dan hanya memainkan dua nada itu saja.
Tidak seperti tari klasik lain yang memiliki latar belakang sejarah dari kisah agung maupun spiritual, tari Dolalak lahir dari rakyat pribumi yang menonton prajurit kolonial yang tengah beristirahat dari perang.
Prajurit tersebut kemudian berpesta dan minum-minum. Dari kisah tersebut, muncullah tari Dolalak dengan busana atau kostum tari yang menyerupai pakaian serdadu dari kolonial Belanda dan Perancis.
Para penari Dolalak, biasanya akan melakukan gerakan tari yang berbeda-beda dengan durasi tari yang cukup panjang yaitu selama 5 jam. Dari pementasan 5 jam tersebut, ada salah satu bagian di mana para penari akan kerasukan serta memakan sesajen yang telah disediakan.
Dahulu tari Dolalak hanya dapat ditarikan oleh penari laki-laki saja, tetapi dengan perkembangan zaman, saat ini para penari perempuan juga dapat menarikan tari Dolalak.
Tari Gambir Anom adalah tari klasik yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah dan mengisahkan tentang seorang Irawan Putra Arjuna yang tengah jatuh cinta pada seorang perempuan.
Kisah jatuh cinta ini dapat dilihat dari gerakan dalam tari Gambir Anom yang menarik gerakan pantomim seperti berdandan, bingung dan gerakan lainnya yang menunjukan bahwa Arjuna sedang jatuh cinta.
Tari Gambir Anom ditarikan dengan gerakan-gerakan gemulai dan diiringi oleh musik gamelan dengan tempo cepat. Tari klasik satu ini merupakan tarian yang ditarikan oleh penari tunggal laki-laki.
Akan tetapi, saat ini, tari Gambir Anom juga dapat ditarikan oleh penari perempuan dengan menggunakan properti berupa sayap yang khas dari tokoh pewayangan serta kuluk hanoman.
Tari Gambyong adalah tari klasik dari Surakarta dan digunakan untuk menyambut tamu besar keraton. Tari Gambyong mulanya berawal dari tarian tayub yaitu tarian yang dipentaskan ketika upacara penanaman padi serta masa panen.
Lalu, dibawakan oleh salah satu penari terkenal bernama Sri Gambyong, kemudian nama penari terkenal tersebut pun disematkan dan menjadi nama tarian klasik ini.
Pada mulanya, tari Gambyong adalah tari rakyat yang dipentaskan sebagai wujud syukur atas masa panen. Selain itu, rakyat juga meminta berkas pada Dewi Padi ketika musim tanam.
Akan tetapi, pihak istana tertarik dengan tarian ini dan akhirnya meminta Sri Gambyong untuk tampil di istana dan menghibur para bangsawan serta tamu terhormat.
Setelah itu, seorang pelatih tari pun membakukan tari Gambyong yang dikenal hingga saat ini. Secara keseluruhan, tari Gambyong menceritakan tentang Dewi Padi yang dipuji oleh masyarakat Surakarta, agar mendapatkan panen berlimpah dan berkah.
Itulah penjelasan tentang pengertian tari klasik adalah tari tradisional yang lahir di wilayah sekitar keraton atau kerajaan. Bagi Grameds yang tertarik dengan pengertian tari klasik atau seni tari, maka Grameds bisa mempelajarinya dengan membaca buku.
Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan berbagai macam buku seperti buku untuk belajar seni tari. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Jadi, tunggu apalagi, jangan ragu untuk membeli buku di Gramedia karena dijamin berkualitas dan original!
Memiliki tata rias yang cantik
Salah satu ciri khas dari tari klasik adalah memiliki tata rias yang cantik. Para penari biasanya akan menggunakan riasan yang tebal dan telah disesuaikan dengan tema tariannya.
Dengan ada peraturan ini, maka karakter dari para penari akan terlihat dengan jelas serta dapat tersusun dengan baik. Hampir setiap tari klasik memiliki ciri ini. Contohnya seperti tari golek menak, tari gandrung dan lainnya.
Akan tetapi, ada pula tari klasik Indonesia yang tidak perlu tata rias. Biasanya tari klasik yang tidak membutuhkan tata rias adalah tarian perang yang ditarikan oleh laki-laki. Namun, untuk menghadirkan kesan prajurit dan semangat berjuang, biasanya riasan yang digunakan hanya berupa coretan saja.
Busana ataupun kostum yang digunakan oleh para penari dalam tari klasik juga tergolong cukup mewah. Sebab, tari klasik biasanya berkembang di wilayah keraton.
Dikarenakan berkembang di wilayah bangsawan, maka busana yang digunakan oleh para penari pun harus menyerupai bangsawan atau terlihat pantas untuk tampil di depan bangsawan. Hal ini tentunya juga tidak terlepas dari cerita kerajaan yang sering kali digunakan dalam tariannya.
Selain mewah, tari klasik biasanya memiliki banyak properti busana pelengkap yang cukup banyak dan bervariatif. Contohnya seperti mahkota, anting, gelang hingga gelang kaki. Setiap properti busana tersebut, memiliki makna dan representasi atas tema dari tari.
Keunikan tari klasik
Secara menyeluruh, tari klasik memiliki keunikan pada setiap unsurnya. Seperti unsur gerak, properti hingga peraturan tariannya. Pada umumnya, tari klasik akan menggunakan gerakan yang lebih anggun serta lemah lembut dibandingkan gerakan yang kuat.
Kemudian, dari segi properti, pada umumnya tari klasik akan menggunakan properti yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dari pementasan tari. Setiap properti tari juga memiliki makna dan bukan hanya sekadar sebagai pelengkap.
Contohnya seperti pada tari Cakalele yang menggunakan properti pedang yang dipegang dengan tangan kanan. Pedang tersebut melambangkan martabat dari masyarakat Maluku yang harus senantiasa dijaga hingga mati.
Selain dari properti, peraturan dalam tari klasik juga lebih ketat dan pakem dibandingkan tari pergaulan biasa. Contohnya seperti pada tari Lego-lego, di mana para penari harus menari dengan mengelilingi Mezbah yang disakralkan.
Seluruh aspek dalam tari klasik tersebut, tergolong unik dan tidak selalu muncul pada setiap tarian.